Beberapa minggu ini saya
dihadapkan pada pilihan yang memang harus pasrah, karena ikhtiar juga sudah.
Saya lebih memilih untuk bermuhasabah, kenapa ini dan itu terjadi ke diri saya.
Pagi tadi saya buka akun facebook dan baca sebuah postingan di grupnya mas
Saptuari yang kok pas banget dengan cara yang harus saya pilih, dengan baca
postingannya mas Saptuari jadi lebih menyadarkan diri, lebih baik menuntun diri
mengambil hikmah daripada menuntut kehendak diri yang belum tentu benarnya.
Berikut saya tulis ulang
postingannya mas Saptuari yang sangat inspiratif.
ILMU PASRAH
Hari ini saya belajar ilmu pasrah
pada jenazah yang saya sopiri.. Ketika keluar dari RS Sardjito Jogja menuju
rumah duka, saya tidak menyalakan sirene terus, Jogja masih terlalu pagi untuk
diributkan dengan bunyi sirene, di tiga perempatan ringroad saya memilih
mematikan sirine. Menunggu 1-2 menit lampu merah menjadi hijau baru jalan lagi,
jenazah itu pasrah gak komplain untuk buru-buru..
Ketika masuk jalan yang berbatu,
ambulance berguncang, badan kami menahan gaya beban, jenazah itu tetap tenaaang
telentang di kursi belakang, pasraaah.
Saya yakin kalo AC mobil pun saya
matikan, dia tetap tidak komplain seperti penumpang taksi.. Pasraah saja.
Ketika jenazah diturunkan dari
ambulance, disambut ibu-ibu yang akan memandikan, jenazah itu juga pasrah, baju
dilucuti, aurat terlihat, pasrah tanpa perlawanan.
Selanjutnya jenazah dikafani,
memakai baju kebesaran untuk menghadap Tuhan, pun tidak bisa menolak.. diam..
pasraah.. Sampai nanti ditimbun tanah, dan ditinggalkan sendirian..
Jadi jenazah itu level pasrah
paling tinggi manusia, dah gak bisa ngapa-ngapain, dah gak bisa komplain.
Selama dijidat masih masih
labelnya manusia hidup! Hati ini gampang sekali panas, lelah, jenuh, maunya
protes dan komplain terus, dan setan di kanan kiri nyalain kompornya biar makin
panas..
Entah sudah berapa puluh kali saya
menerima curhatan seperti ini,
"Mas Saya sudah melakukan
seperti yang mas Saptu suruh, sholat sudah tepat waktu, tapi bantuan dari Allah
tak kunjung datang.. Rasanya saya pengen nambah hutang di tempat lain biar debt
colector itu gak datang-datang lagi.."
"Mas, saya capek.. Kayaknya
doa saya gak dikabulkan Allah, ibadah sudah saya geber, tapi hutang saya tetep
gak lunas-lunas, sampai saya bosan sendiri.."
"Mas Saptu mas enak nulis
kayak gitu, hidup itu gak semudah c*oc*otnya para entrepreneur, buat kami yang
jadi karyawan, gaji aja pas-pasan buat hidup! Kalo gak ngutang kapan saya bisa
punya barang.."
Dan masih banyak keluhan lainnya..
Saya jawabnya enteng saja:
"dulu kita ini nunda sholat bertahun-tahun, ibadah bolong-bolong belasan
tahun, baru taubat dua bulan sudah ngeluh.. Baru sholat tepat waktu sebulan aja
dah nuntut banyak ke Allah.. Emang kita ini gak punya malu ya bro!"
Atau saya jawab begini:
"Coba intropeksi dialog
dengan hatimu, mungkin selama ini yang dicari masih solusi, bukan ampunan
Allah. Sholat tepat waktu, tapi fokusnya tetap bebas dari debt colector, bukan
fokus ke ampunan Allah.. Visinya dah beda, jadinya malah sholatnya gak khusuk,
karena wajah debt colectornya yang terus terbayang.."
Ilmu pasrah itu, ketika kita sudah
menyerahkan total masalah kita ke Allah... "Wiss pokoke nderek panjenengan
duh Gusti Allah.. Manuuut mau apakah saja! Toh aku ini hanya hambaMu, dan
Engkau adalah SATU-SATUNYA Tuhanku.. "
Kalau tidak minta dan pasrah
PadaMu ya Allah, aku ini mau minta pada siapa?
Dukun berambut gimbal?
Batu sesembahan tanpa kolor?
Punden Berundak?
Sarkofagus?
Karpet ajaib dari pedagang Gujarat?
Fosil Dinosaurus berkawat gigi?
Tetangga saya 12 tahun belum
dikaruniai anak, berobat sudah kemana saja.. Ketika memilih pakai ilmu pasrah,
doanya makin digenjot tekun, gak lagi itung-itungan 1-2 bulan protes, langsung
mbrojol anak lelaki kembar, setahun kemudian lahir 1 lagi anak perempuan..
Tetangga saya yang lain sebelum
nikah sudah divonis dokter, "istrimu ini punya kelainan, kalian akan susah
punya anak.."
"Wah, dokter ngomong kayak
gitu aku panas mas, aku tetep nikah, tiap berdoa aku nangis-nangis, aku
pasrahkan Allah totalan yang punya pabrik anak.. Lah, enam bulan kemudian
istriku hamil, anakku sekarang sudah dua malah.."
Atau yang ini, hutang kartu
kreditnya sudah membuatnya muak! Ingin rasanya berontak!
Dengan gagah perkasa dia datang ke
bank, sambil ngomong:
"Pak, saya ini sudah bangkrut
sebangkrutnya, bapak mau mutus urat nadi saya pun gak ada keluar duitnya! Mau
bapak kirim 10 debt colector pun ke rumah tiap hari saya pasrah.. Terserah deh
mau diapain aja, silahkan bongkar isi rumah saya, kalau perlu kita umumkan di
masjid biar seluruh warga kampung tau dan jadi saksinya.."
Akhirnya malah pihak bank melunak,
dibuatkan surat untuk melunasi pokok hutangnya saja, gak ada beban bunga yang
ditagihkan.. Wiss ngenessss bank-nya, daripada harus mutus urat nadi orang..
Hehe...
Begitulah ilmu pasrah, ketika
menyerah, dah angkat tangan pada ketentuan Allah,
justru nanti ketika hati sudah
lossss..
Sudah gak ada beban...
Sudah gak kemrungsung..
Sholatnya jadi lebih khusuuuk..
Saatnya Ampunan Allah datang, dan
semua masalah akan ketemu solusinya..
Min haitsu la yahtasib (dari jalan
yang tidak disangka-sangka)
"Dan MINTALAH pertolongan
(kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sholat; dan sesungguhnya
sholat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk.."
[QS Al Baqarah: 45]
------------------------------------------------------
Jalan terbaik untuk menghadapi
situasi yang tidak kita kuasai adalah memasrahkan diri kepada sang maha
pencipta – Allah SWT, sudah jelas Allah menuntun hambaNya dengan Al Quran dan
Hadist Nabi kenapa kita tidak kembali kepada keduanya?
Untuk anda yang ingin mendapatkan
tulisan inspiratif mas Saptuari bisa ikut gabung Grup Belajar Wirausaha Bareng Saptuari
Belajar Pasrah dari Jenazah
Reviewed by Taupik Widayanto
on
January 22, 2016
Rating:
No comments: