Pagi hari itu seperti memutar kembali
siklus kehidupan, tapi tidak pernah sama segala hal yang terlintas dipikiran
sekalipun aktifitasnya sama dari hari ke hari.
Rasanya enak kalau pagi ini makan
ketan hangat dicampur susu, sambil menghangatkan seporsi ketan untuk dihabiskan
dari sisa jualan semalam terlintas di benak Rafa cerita tentang perjalanan
kesetiaan cintanya yang salah ia taruh.
Kali ini tak seperti biasa pendamping
makan ketannya bukan lagi bir pletok karena sudah habis terjual semalam tapi
moccacino panas yang temannya bilang ia ga pernah bakat minum kopi, karena
kalau kopi sudah ada didepannya ga ada bedanya seperti air putih yang langsung
habis terminum, bukan karena ia suka kopi tapi memang ia suka minum. Sambil
tersenyum sendiri ia bergumam ‘hah...minum kopi aja kok pakai bakat’ setaunya
minum teh-lah yang mengadakan bakat bernilai seni – (seni minum teh). Teh-lah
minuman kesukaanya tapi ga juga pakai seni kalau ia meminumnya.
Sambil Ia bbman dengan salah satu teman bbmnya, kali ini ia ingin berhati-hati walau ketertarikan
sudah ia ungkapkan berikut kekhawatirannya sekalipun belum ia jumpai, lama
menunggu balasan membuatnya tak sadar sudah berada di depan kipas membersihkan
baling-balingnya yang hampir tertutup debu pekat. ‘kotornya..(ungkapnya dalam
hati)’ alunan murottal Al waqiah jadi temannya menelusuri cerita baling-baling
berjelaga.
Rafa remaja hanyalah seorang anak
biasa yang lebih suka menghabiskan waktu bersama temannya dibanding dengan
teman perempuan, karena memang ia bersekolah di STM yang semuanya lelaki. Dari
remaja ia ga pernah suka pacaran tapi secara ga langsung tawaran pacaran hampir
selalu menghampirinya, ia tergolong lelaki yang mudah disukai wanita karena
ketampanannya waktu itu. Kata temannya ‘kalau kamu ‘kelinci’ mungkin sudah
banyak yang kamu pacari’. Syukurlah ia diberi sifat pemalu oleh Tuhannya jadi
kalaupun punya pacar bukan ia yang mengungkapkan perasaan tapi pihak
perempuanlah yang duluan mengungkapkan ketertarikannya dan ia hanya tinggal
memilih untuk setia kepada siapa. Ia ga suka mempermainkan perasaan wanita tapi
terkadang wanitalah yang sering memainkan perasaanya sendiri. Ia lebih suka
menghabiskan waktu dengan bermain bersama Yosep dan Supri.
Kembali ke pekatnya debu baling-baling
kipas yang ia bersihkan, ia teringat hawa – mantan kekasihnya yang ia kenal
lewat facebook. Mereka berdua sama-sama saling suka sekalipun sampai akhir
hubungan tidak pernah berjumpa. Semua berakhir ketika Rafa ingin melamarnya
tapi orangtua hawa tak mengizinkan karena ingin anaknya berkarir dulu. Hawapun
menuruti ibunya dan merekapun mengakhirinya dengan berpisah. Bayangkan sosok
rafa yang ingin menikah dengan seorang wanita yang belum pernah ditemuinya,
jadi kalau ada yang bilang rafa melihat fisik saja itu salah besar. Semua
terjalin hanya lewat kata tanpa tatapan wajah dan rafa setia, karena selama menjalin
komunikasi dengan hawa dirasa rafa ialah pilihan terbaiknya tapi Allah
berkehendak lain hawa bukan untuk rafa tapi untuk adam, entah adam yang mana
yang akan bersanding dengannya. Bukan tanpa alasan keduanya menghabiskan
perasaan manis menjadi hambar, semua itu karena Allah dan mereka berdua
sama-sama ingin menjaga diri dan kehormatan, Rafa tidak mau berlama-lama dan
Hawapun belum ada keinginan cepat menikah sekalipun mungkin ia masih mencintai
Rafa. (Cinta itu aneh).
Sudah menjadi sifat Rafa yang akan
mencoret habis perasaanya sampai tak berbentuk segala kenangang tentang masa
lalu yang berhubungan dengan cintanya hingga kalaupun muncul nama Hawa
diberandanya sudah tidak ada lagi rasa cinta. Dan cara rafa berhasil ia tak
punya lagi rasa yang sama, yang ada hanya perasaan hambar. Ia hanya berpikir
dan berprinsip dengan cara itulah ia bisa mengistimewakan pasangannya kelak.
Kini Rafa memantapkan hatinya untuk
menempuh cara dan jalan Allah dalam memilih pendamping hidupnya, ia janji ga
mau lagi patah hati, ia janji ga mau lagi jatuh hati dengan cara seperti itu.
Ta’aruflah jalan yang ia pilih sambil ia memperbaiki diri menjemput kekasih
yang akan menemaninya menjalani kehidupan islami.
Ia teringat sebaris kalimat yang
pernah ditulisnya di Facebook. ‘Kamu bisa memilih menghabiskan pencarian teman
hidupmu dengan berpindah dari satu hati ke hati lain atau sibuk memperbaiki
diri hingga Allah pertemukan dengan yang terbaik untukmu. Bukankah Allah telah
menyediakan jodohmu dan bukankah yang baik hanya akan berpasangan dengan yang
baik jadi tenanglah dalam urusan jodoh asal engkau baik, engkau pasti akan
disediakan jodoh yang baik, yang akan mengistimewakanmu seperti engkau
mengistimewakannya’.
Rafa sadar betul jika ia ingin
diistimewakan oleh pasangannya maka ia harus mengistimewakan pasangannya dengan
cara yang istimewa juga.
Akhirnya baling-baling kipas itu sudah
bersih dari debu pekat seperti debu masa lalu yang tersapu dan udara dari kipas
itu lebih segar dirasa rafa apalagi dengan pewangi ruangan yang ia taruh
didepannya.
Baling-baling Berjelaga
Reviewed by Taupik Widayanto
on
October 31, 2014
Rating: